Dakwah antar Budaya


 Islam bukan ajaran agama yang kaku. Ajaran Islam ,memberikan kelonggaran umatnya untuk melakukan perbuatan, sekiranya dibenarkan menurut adat setempat. Selama tidak menyimpang dari ajaran Allah dan Rasul-Nya yang telah diwahyukan dalam al-Qur'an.
Demikian juga dengan kesenian dan kearifan budaya local, keduanya, malahan dapat dijadikan sebagai media untuk dakwah al-Islamiyah.

Pada masa Syekh Ahmad Kabir al-Rifa'I ,masih hidup, beliau mengembangkan seni debus dalam tarekatnya. Melalui kesenian inilah, pengembangan ajaran Islam dilakukan, disamping kegiatan dzikirnya, yang selalu dipanjatkan setiap malam Jum'at. Tampilan m,engerikan sering kali ditonjolkan, dengan maksud sebagai nadzira (peringatan) bagi umatnya yang membangkang pada ajaran agama Islam. Atau bahkan munculnya sifat kurang yakin terhadap keagungan Allah 'Azza wa Jalla. Seperti dalam gambar, tampak permainan menggunakan api yang umumnya selalu dinyatakan sebagai benda yang mengandung panas. Akan tetapi, berkat keagungan Allah sebagai Dzat yang menciptakan api itu sendiri, maka rasanya berubah menjadi dingin. Dan tidak melukai pada pemainnya. Demikian juga dengan irisan pisau, penalkukan terhadap binatang-binatang buas dan sejenisnya.
Jika saja ada yang berkata, bahwa itu adalah warisan ajaran agama Budha, karena sering ditampilkan di Kuil oleh para Bikshu. Pandangan ini, keliru. Dan menunjukkan kurangnya pengetahuan mengenai seni debus. Adanya sebuah kesamaan, tidak berarti berasal atau bersumber dari mereka.  
Bagi para santri di Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah, diharuskan untuk menguasainya. Sebab suatu saat akan dapat dipergunakan untuk mengantisipasi rintangan dakwah, di tempat mereka tinggal. Itu sebabnya Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah lebih mengedepankan sisi pengembangan agama melalui kearifan budaya lokal.


Template by:
Free Blog Templates